Percobaan V
Penentuan Ni Dalam Ferronikel Secara Gravimetri
Penentuan Ni Dalam Ferronikel Secara Gravimetri
I.
Tujuan
·
Menetukan nikel secara alami
dengan gravimetri.
·
Menetukan Mg2+ dalam air dan timbal
·
Menetukan klorida terlarutr secara
gravimetri
II.
Teori
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif
suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat
komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis
gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsure atau senyawa
tertentu. Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi
transformasi unsure atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera
diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. (Khopkar,1990).
Pada gravimetri agar hasil analisa dianggap baik
dan benar maka ada bebrapa factor yang harus diperhatikan, antara lain :
kesempurnaan pengendapan, kemurnian endapan,
dan susunan endapan. Endapan murni adalah endapan yang bersih yang
artinya tidak mengandung molekul-molekul
lain yang biasanya disebut sebagai pengotor. Kesempurnaan pengendapan
adalah pengendapan diusahakan sesempurna mungkin, oleh karena itu kelarutan endapan harus dibuat sekecil mungkin. Kelebihan terpenting dari Analisa Gravimetri dibandingkan
Analisa Titrimetri adalah bahwa bahan penyusun zat telah diisolasi dan jika
perlu dapat diselidiki terhadap ada atau tidaknya zat pengotor dan diadakan
koreksi, sedangkan kekurangan dari Metode Gravimetri ini, umumnya lebih memakan
waktu (Svehla, G, 1990).
Analisis gravimetri
adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu.
Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi
unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi
bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dihitung berdasarkan
rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang menyusunnya. Pemisahan
unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara,
seperti: metode penguapan, metode elektroanalisis, atau berbagai macam metode
lainnya.
(Khopkar, S M,1990).
Gravimetri dapat digunakan untuk menentukan hampir
semua anion dan kation anorganik serta zat-zat netral seperti air, belerang
dioksida, karbon dioksida dan isodium. Selain itu, berbagai jenis senyawa
organik pula ditentukan dengan mudah secara grvimetri. Contoh-contohnya antara
lain: penentuan kadar laktosa dalam susu, salisilat dalam sediaan obat,
fenolftalein dalam obat pencahar, nikotina dalam pestisida, kolesterol dalam
biji-bijian dan benzaldehida dalam buah-buahan tertentu. Jadi, sebenarnya cara
gravimetri merupakan salah satu cara yang paling banyak digunakan dalam
pemeriksaan kimia.
(Rivai,
1994)
Metode Gravimetri untuk
analisis kuantitatif didasarkan pada stoikiometri reaksi pengendapan, yang
secara umum dinyatakan dengan persamaan:
a A + p P → A a P p
“a” adalah koefisien reaksi
setara dari reaktan analit (A), “p” adalah koefisien reaksi setara dari reaktan
pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang
tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan beratnya dengan tepat
setelah proses pencucian dan pengeringan. Penambahan reaktan pengandap P
umumnya dilakukan secara berlebih agar dicapai pengendapan yang sempurna
(Day N Dan A L Underwood, 1986).
Gravimetri merupakan penetapan
kuantitas atau jumlah sampel melalui prhitungan berat zat. Sehingga dalam
gravimetri produk harus selalu dalam bentuk padatan (solid). Alat utama dalam
gravimetri adalah timbangan dengan tingkat ketelitian yang baik. Dalam reaksi pembentukan
endapan, dimana endapan merupakan sampel yang akan dianalisis, maka dengan
cermat kita dapat memisahkan endapan dari zat-zat lain yang juga turut
mengendap. Pencucian endapan merupakan tahap selanjutnya, proses pencucian
umumnya dilakukan dengan menyaring endapan, dilakukan dengan membilasnya dengan
air. Tahap akhir dari proses ini adalah memurnikan endapan, dengan cara
menguapkan zat pelarut atau air yang masih ada di dalam sampel, pemanasan atau
pengeringan dalam oven lazim dilakukan. Akhirnya penimbangan sampel dapat
dilakukan dan hasil penimbangan adalah kualitas sampel yang dianalisis (Hardjadi, W, 1993).
Dalam gravimetri, endapan
biasanya dikumpulkan dengan penyaringan cairan induknya melalui kertas saring
atau alat penyaring kaca masir. Kertas saring yang digunakan dalam gravimetri
terbuat dari selulosa yang sangat murni sehingga jika dibakar hanya
meninggalkan sisa abu sangat sedikit. Selain dengan penyaringan, endapan dapat
pula dipisahkan dengan cara pengenap-tuangan. Dengan cara ini, endapan yang
berada dalam cairan induknya diendapkan beberapa saat, kemudian cairan bagian
atasnya dituangkan kedalam wadah lain. Pekerjaan ini dilakukan berulang-ulang
sampai semua cairan terpisah dari endapan (Rivai, 1994).
Pengendapan dilakukan sedemikian rupa sehingga
memudahkan proses pemisahannya, misal: Ag diendapkan sebagai AgCl, dikeringkan
pada 130ºC, kemudian ditimbang sebagai AgCl atau Zn diendapkan sebagai Zn (NH4)PO4.6H2O,
selanjutnya dibakar dan ditimbang sebagai Zn2P2O7.
Aspek yang penting dan perlu diperhatikan pada metode tersebut adalah
endapannya mempunyai kelarutan yang kecil sekali dan dapat dipisahkan secara
filtrasi. Kedua, sifat fisik endapan sedemikian rupa sehingga mudah dipisahkan
dari larutannya dengan filtrasi, dapat dicuci untuk menghilangkan pengotor,
ukuran partikelnya cukup besar, serta endapan dapat diubah menjadi zat murni
dengan komposisi kimia tertentu (Khopkar, S M,1990).
Untuk dapat dipisahkan sebagai endapan yang kemudian dikeringkan dan
ditimbang, maka pereaksi yang dipilih harus membentuk endapan yang sukar larut
(Ksp kecil) dan dapat dipisahkan dengan penyaringan. Ukuran partkel endapan
harus sedemikian rupa sehingga mudah dipisahkan dengan penyaringan, mudah
dicuci untuk menghilangkan pengotornya, serta dapat diubah menjadi zat murni
dengan komposisi kimia tertentu.
Pada umumnya kelarutan suatu padatan akan bertambah dengan bertambahnya temperatur, sehingga proses pengendapan dilakukan dalam keadaan panas ketika kelarutan endapan cukup besar. Reagen pengendap ditambahkan pelan-pelan dengan pengadukan yang teratur. Mula-mula akan terbentuk partikel yang berperan sebagai pusat pengendapan. Ukuran endapan akan bertambah besar dengan bertambahnya reagen pengendap.
Pada umumnya kelarutan suatu padatan akan bertambah dengan bertambahnya temperatur, sehingga proses pengendapan dilakukan dalam keadaan panas ketika kelarutan endapan cukup besar. Reagen pengendap ditambahkan pelan-pelan dengan pengadukan yang teratur. Mula-mula akan terbentuk partikel yang berperan sebagai pusat pengendapan. Ukuran endapan akan bertambah besar dengan bertambahnya reagen pengendap.
(Hardjadi,
W, 1993).
III.
Prosedur kerja
3.1
alat dan bahan
a.
alat
·
gelas beaker
·
penangas air
·
lampu bunsen
·
tabung reaksi
·
neraca/ timbangan
·
pengaduk
·
termometer
·
gelas arloji
·
kertas saring
·
corong
·
filter
b.
bahan
·
aquades
·
NaOH
·
HNO3 6 M
·
AgNO3 0,5 M
·
Indikator metil merah
·
HCl 6 M
·
(NH4)2HPO4
·
NH3
·
asam tartrat
·
Ammonia
·
Dimetilglikosin
·
Ni(C4H7O2H2)2
·
Etanol
3.2
skema kerja
a.
penetuan nikel secara gravimetri
![]() |













|
b.
Penetuan Mg2+ dalam air
dan air limbah
![]() |







![]() |






|
c.
|
Penetuan klorida terlarut secara gravimetri
![]() |














|
IV.
Hasil dan pembahasan
4.1
Hasil
Penentuan Ni dalam ferronikel secara gravimetri
no
|
Massa (g)
|
Percobaan 1
|
Percobaan 2
|
Percobaan 3
|
1
|
Sampel
|
Nikel
|
Mg2+
|
AgCl2
|
2
|
Kertas saring
|
1,084 g
|
|
1,04 g
|
3
|
Kertas saring+ AgCl
|
Kertas saring + Ni =
1,089 g
|
|
1,428 g
|
Perhitungan
Diketahui: berat
endapan = 1,428 g
Mr
AgCl = 143,32 g/mol
Berat
Cl = 0,388 g
Ar
Cl = 35,45 g/mol



kadar Ni dalam sampel
diketahui: berat endapan = 1,089 g
Mr Ni(C4H7O2H2)2 = 288,92
Berat Ni = 0,005 g
Ar Ni = 58,71



4.2
pembahasan
analisis
gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa
tertentu. Menurut rivai (1994) gravimetri merupakan jumlah zat diperiksa dengan
cara penimbangan hasil reaksi pengendapan, dalam metode ini jumlah zat yang
dipisahkan dari zat-zat lain (pengotor).
Dalam
analisa gravimetri penentuan nikel jumlah nikel dalam ferronikel secara gravimetriini
bertujuan untuk (1) Menetukan nikel secara alami dengan gravimetri (2)Menetukan
Mg2+ dalam air dan timbal (3)Menetukan
klorida terlarutr secara gravimetri.
1.
Penentuan Nikel secara gravimetri
Pada praktikum ini, sampel nikel dilarutkan dalam air ±
150 mL dan dipanaskan, ditambahkan HCl, penambahan asam klorida ini bertujuan
untuk mengasamkanlarutan, agar larutan tidak langsung terbentuk endapan.
Reaksinya:

Selanjutnya sampel yang telah ditambah HCl, dipanaskan
sampai suhu ± 60-80°C,
kemudian ditambahkan H2DM6 dimetil glioksim yang berfungsi agar
terjadi pengendapan dan H2DM6 yang dipakai adalah yang 1 %.
Dimetil glioksim (H2DM6)
adalah senyawa organik padat berwarna putih yang sukar larut dalam air tapiu
larut dalam pelarut organik pada umumnya, seperti alkohol dan aseton. Ni(HDM6)2
larut dalam suasana asam, dan larut dalam alkohol >50 %.
Pemanasan larutan 60-80°C ini
bertujuan untuk meningkatkan suhu larutan sehingga dengan suhu yang panas dan
kondisi larutan yang asam diharapkan
agar mendapatkan hasil endapan maksimal. Penambahan dimetil glioksimperlu
dilakukan dengan hati-hati, karena pada saat penambahan harus sedikit berlebih
, tetapi juga tidak bisa terlalu berlebih. Penambahan yang terlalu berlebih
dikhawatirkan justru akan menghasilkan endapan DMG yang tidak akan larut dalam
air. Kristal yang terbentuk ini dapat bercampur dengan endapan, maka berat
endapan jauh lebih besar dari seharusnya. Penamabahan dimetil glioksim ini akan
membentuk kompleks dengan nikel membentuk Ni(DMG)2.
Reaksi yang
terjadi pada proses ini adalah:

Penambahan
ammonia 6 M, bertujuan untuk membentuk suatu netral dalam larutan (bersifat
basa), dan sedikit berlebih agar beralih menjadi basa, karena untuk memperoleh
endapan Ni(DMG)2 akan mengendapsempurna pada basa. Setelah itu
larutan tersebut dipanaskan lagi untuk melihat endapan yang terbentuk, endapan
berwarna dan endapan untuk membebaskan ion-ion yang terkadung seperti ion Cl-
sehingga dicuci dengan H2O.
Enadapan yang masih basah perlu
dikeringakn (menguapkan sisa-sisa air atau senyawa di dalamnya) dengan
pengovenan pada suhu tinggi. Berdasarkan hasil percobaan , diperoleh massa
hasil endapannya yakni dengan kertas saring 1,689 g, sehingga endapan Ni(DMG)2
adalah 0,005 g, namun 0,005 g disini adalah endapan Ni(DMG)2 dengan
pesentase kadar Ni adalah 4, 356 %.
Percobaan kedua yaitu penetuan Mg2+
dalam air dan air limbah magnesium diendapkan sebagai Mg NH4PO4
6H2O dengan mengguanakan (NH4)PO4 30 % sebagai
presepitan kelantan endapan dalam lautan netral (air murni) relatif tinggi:
pengendapannnya tidak begitu selektif, sehingga perlu dilakuakan pemisahan
pendahuluan Mg dari zat yang mungkin menggangu, pada percobaan larutan perlu
diasamkan dengan HCl sebelum dilakukan penambahan presepitan agar Mg NH4PO4
6H2O tidak mengendap ketika presepitan mula-mula diendapkan.
Dalam
percobaan ini indikator yang digunakan adalah metil merah, sebab perubahan
warna indikator tersebut, yang terjadi kira-kira pada pH 6,3. Percobaan kedua
ini, dimana menentukan Mg2+ dalam air dan air limbah tidak
dilakukan, karena percobaan adanya banyak kesalahan, salah di alat maupun bahan
yang digunakan.
Percobaan ketiga yaitu penentuan
klorida terlarut secara gravimetri, pada percobaan ini sampel yang digunakan
adalah natrium klorida. Sampel NaCl yang digunakan berbentuk padatan, sehingga
perlu dilarutkan dalam akuades, pelarutan ini bertujuan agar mempermudah proses reaksi, karena apabila NaCl masih berbentuk padat,
maka akan menyulitkan untuk memperoleh klorida yang diinginkan. Pelarutan ini
dilakukan hingga larutan NaCl homogen.
Pada larutan NaCl ditambah dengan
asam nitrat atau HNO3 tujuannya adalah untuk menjadikan suasana
larutan menjadi asam, karena jika suasananya asam, maka endapannya dapat
terlihat, sedangkan tidak pada keadaan basah, karena justru akan meningkatkan
kelarutan AgCl (enadapan yang terbentuk dari reaksi NaCl dan AgNO3)
sehingga larutannya harus dalam keadaan asam. Sementara itu, penambahan AgNO3,
akan menjadi terbentuknya endapan berwarna putih dari AgCl (larutan lewat
jenuh).
Hal itu terjadi karena adanya
penambahan AgNO3 dan HNO3 yang berasala dari ion yang
sama yaitu NO3 sehingga dapat memberikan efek padatan klorida yang
ada dalam larutan akuades yaitu akan mengurangi kelarutan dari endapan klorida
yakni AgCl.
Pada perlakuan ini, rekais yang
terbentuk adalah:

Pada proses penentuan klorida
ini, larutan perlu dijauhkan dari sinar matahari langsung. Hal ini bertujuan
agar bahan-bahan pada larutan maupun endapan tidak terurai, karena perak klorida (AgCl) sangat
peka terhadap cahaya dimana pada reaksinya dapat terurai menjadi Ag+ dan
Cl- . pada percobaan larutan harus dipanaskan (hangat) dan tidak
boleh sampai mendidih, setidaknya muncul gelembung. Tujuaan pemanasan adalah
agar mempercepat terjadinya reaksi, sehingga proses pengendapan juga lebih
cepat. Endapan dapat diperoleh dengan cara penyaringan, penyaringan ini
bertujuan untuk memisahkan endapan dan cairannya.
Sebelum
dituangkan, dibasahi terlebih dahulu kertas saring dengan larutan tersebut agar
pori-pori kertas saring terbuka , pada penyaringan didapatkan NaNO3
dan endapan AgCl dapat dipisahkan. Endapan AgCl ini kemudian dicuci dengan
akuades dan dilanjutkan dengan aseton, tujuannya untuk membersihkan pengotor
pada endapan. Endapan yang sudah dicuci dikeringkan dengan cara didiamkan
selama ± 24 jam pada ruang yang gelap, karena AgCl sangat peka terhadap cahaya.
Pendiaman ini bertujuan untuk menghilangkan sisa air atau senyawa lain yang
masih terkandung. Sehingga dapat diperoleh endapan AgCl murni pada kertas
saring. Percobaan dilakukan secara 3 kali ulangan agar didapatkan rata-rata
percobaan. Makan peroleh endapan rata-rata yaitu dengan kertas saring 1,428 dan
apabila dikurangi kertas saring adalah 0, 388 g, dan kadar persentase Cl- yang
diperoleh adalah 90,9 %.
V.
Kesimpulan dan saran
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan
yang didapat dari percobaan sesuai dengan tujuan adalah:
1)
Gravimetri adalah metode analisis
kuantitatif unsur senyawa berdasarkan bobot murninya.
2)
Menentukan Ni dalam sampel dengan
mengendapka ion nikel yang ada pada ferronikel denga dimetil glioksim sebagai
reagen pengendapan. Diperoleh bobot Ni adalah 0,005 g dengan kadarnya 4,356 %.
3)
Menetapkan Mg2+ daalam
air dan limbah, digunakan reagen pengendapannya adalah (NH4)2 HPO4
30 %, pada percobaan gagal ada endapan.
4)
Menetapkan kadar Cl terlarut
dengan reagen pengendapannya adalah AgCl2. Pada percobaan bobot
klorida murni adalah 0,388 g dan persentase kadarnya adalah 90,9 %.
5.2
saran
saran
yang didapat dalam percobaan yaitu,
diantaranya praktikan
seharusnya lebih teliti dalam pengkajian percobaan agar kegagalan dalam praktikum
diminimalisir praktikum juga seharusnya
memahami agar percobaan lebih sesuai dan efektif.
Daftar pustaka
Day, N Dan A L Underwood. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Hardjadi, W. 1993. Ilmu
Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
Khopkar, S M. 1990. Konsep
Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Rivai, H. 1994. Asas Pemeriksaan
Kimia. Jakarta: UI Press.
Svehla, G. 1990. Buku
Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan Semi
Makri Edisi II. Jakarta: Kalman Media Pustaka.
LAMPIRAN
Pertanyaan pasca praktikum:
Bagian I
1.
apa syarat pereaksi yang baik
untuk analisis gravimetri?
Jawab:
Syarat pereaksi yang baik pada gravimetri
Ø reagen hanya bereaksi dengan analit dan membentuk endapan
Ø hanya membentuk satu macam produk dengan analit, dan
Ø analit mengendap secara kuantitatif, yaitu lebih dari 99,9 %.
2.
Apakah Fe menggangu dalam analisis
Ni secara gravimetri?
Jawab:
Menggangu, karena terdapatnya logan Fe dalam analisis Ni
secara gravimetri akan menimbulkan pembentukan hidroksida logam yang tidak
larut, sehingga menggangu hasil endapan yang diperoleh.
Bagian II
1.
Mengapa prosedur menetukan
kandungan Mg2+ dalam sampel tidak lebih dari 60 mg?
Jawab:
Agar percobaan yang dilakukan akurat/ sesuai serta efektif.
Jika Mg lebih dari 60 mg dalam sampel. Hal ini susah direaksikan dan
membutuhkan volume reagen yang banyak/berlebih.
2.
Mengapa larutan diasamkan dengan
HCl, sebelum ditambah dengan reagen pengendap?
Jawab:
Tujuan penambhan HCl adalah agar larutan tidak langsung
terbentuk endapan pada awal percobaan, dan juga agar terkontrol pH larutan,
serta dapat bereaksi denga reagen pengendap(sesuai dengan sifat reagen
pengendap).
3.
Mengap[a ditambah asam basa metil
merah ke dalam larutan?
Jawab:
Agar berfungsi sebagai penanda sifat asam, karena pada penambahan
NH3 pekat, banyaknya volume yang ditambahkan, melihatdari warna
indikator ini, yaitu berwarna merah dari metil merah akan berubah warna, saat
NH3 pekat mencapai volume maksimum.
4.
Jelaskan mengapa pembentukan Mg(PO3)2
meningkatkan massa endapan dibanding pembentukan Mg2P2O7
?
Jawab:
Hal ini dikarenakan perbedaan massa relatif masing-masing
senyawa. Mr Mg(PO3)2 adalah 192 g/mol sedangkan Mr Mg2P2O7
adalah 222 g/mol sehingga jika endapan yang terbentuk adalah 2 gram maka
perbedaan kadar Mg dapat dilihat sebagai berikut
Ø Kadar Mg dalam Mg(PO3)2 

Ø Kadar Mg dalam Mg2P2O7


Tidak ada komentar:
Posting Komentar